Wednesday, May 7, 2008

Pindah ALAMAT

Asssalamu'alaikum

Rekan2 seperjuangan PKB yang saya banggakan

Saya sampaikan bahwa fokus informasi PKB di blog ini saya alihkan ke blog generasi PKB dengan alamat di http://generasipkb.wordpress.com

Terimakasih

Selengkapnya ...

Tuesday, August 7, 2007

Gus Muhammad SAW


Oleh : Emha Ainun Nadjib

Sudah terpecah dan terkeping sampai seberapa PKB, juga NU? Tidak. Kita ambil perspektif lain. Itu bukan bentrok, bukan perpecahan. Itu romantisme demokrasi. Itu dinamika ijtihad (perjuangan pemikiran). Itu produk wajar dari tradisi berpikir merdeka: salah satu prinsip yang membuat manusia bernama manusia.

Sebagaimana kalau jumlah pemeluk Islam ada sejuta, maka dimungkinkan ada sejuta aliran, dipersilakan setiap orang memberlakukan tafsirnya masing-masing, dan satu-satunya yang berhak menagih pertanggungjawaban adalah Tuhan. Silakan ada golongan NU, Muhammadiyah, Persis, Persis NU, Persis Muhammadiyah, Muhammad NU, Suni, Syiah, Sun`ah, Syinni, PKNU, Langitan, Bumian, Lautan, Gunungan, PKB Alwiyah, PKB Wahidiyah, PKB Muhaiminiyah, PKB Yenniyah... semakin banyak semakin demokratis dan menghibur.

Tapi omong-omong sebenarnya PKB adalah satu-satunya parpol yang konstituennya paling berakar. Mungkin tidak tepat benar metafor berikut ini: tapi ibarat hutan dan taman: PKB adalah upaya membangun hutan menjadi taman. Taman PKB berbasis di hutan yang melahirkan PKB, dengan akar dan sifat hutan yang masih kental. Golkar, misalnya, adalah sebuah taman modern yang profesional, sejumlah pohon diambil dari hutan dan tetap mendayagunakan kimia tanah hutan --tetapi ia sebuah taman teknokratis yang tidak memprimerkan hutan.


Semua -PDI-P, PPP, PKS, PAN, PD, atau PBB-- juga tidak steril hutan, tetapi PKB yang paling jelas berakar di hutan. Asal muasal sosiokulturalnya, dialektika historisnya, masih menampakkan kekentalan perhubungan antara tamannya dan hutannya. Sebagaimana PAN, PKS, PPP, dan PBB "gagal" mewujudkan jargonnya Cak Nurcholish Madjid "Islam yes, partai Islam no" --PKB-lah yang paling kental setting budaya santrinya. "Partai Islam no" susah keluar dan berkembang dari lembaran AD-ART-nya, de facto tetap saja "partai Islam". Meskipun Ifrith Sekjen Komunitas Jin Internasional direkrut masuk PKB, tetap saja yang terjadi bukan pluralisme, orang tetap menganggap Jenderal Ifrith yang masuk NU supaya kalau meninggal ditahlili.

Andaikan saja tradisi transformasi sosial berlaku cukup matang di Indonesia, kemudian atas dasar itu PKB dibangun kembali secara modern, maka dia susah ditandingi oleh kelompok politik yang mana pun lainnya.

Tetapi PKB semakin seru saja bergumul di dalam bungkusan "sarung" tradisional. Mungkin saja sarung itu bermerek "Gus". Belum tentu benar, tapi kalau mau menabung pembelajaran tentang PKB hari ini, ada baiknya kita tengok sosiologi budaya "gus", bahkan mungkin "antropologi"-nya.

Sopan santun Jawa menyebut Nabi Muhammad SAW dengan Kanjeng Nabi. Dalam bahasa Arab: Sayyid, semacam Sir. Sayyidina Muhammad.

Beliau pernah bilang, "Saya jangan di-sayyid-sayyid-kan". Maka, masyarakat Muhammadiyah cenderung tidak memakai gelar Sayyidina. Panggil ngoko saja: Muhammad. Tetapi, kalau kita menyebut pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dengan "Dahlan" saja, "Si Dahlan", atau dulu ketika beliau masih sugeng kita menyapa beliau: "Mau ke mana, Lan?" --teman-teman Muhammadiyah banyak tak siap juga.

Jadi idiom "Sayyidina" itu mungkin berkonteks budaya sebagaimana kita memanggil "Pak", "Mas", "Om". Tentu saja "saya jangan di-sayyid-sayyid-kan" itu tidak berhenti pada makna harafiah. Maksudnya, Kanjeng Nabi kita jangan feodal, jangan menjunjung-junjung secara tidak rasional. Allah semata yang 'Ali Akbar, Yang Mahatinggi dan Mahaagung. Sampai-sampai beliau tidak mau digambar wajahnya, khawatir jadi ikon, branding, berhala, mitos.

Di kalangan Jawa tradisi, dipakai kata "kanjeng", "raden" atau "den". Den-nya masyarakat santri adalah "gus". Gus itu semacam raden yang "Islami". Di Jombang ada Gus Rur, Gus Nur, Gus Dur. Untuk saya ada gelar VIP: "Guk", Guk Nun. Itu panggilan sesama teman penggembala kambing, kerbau, sapi, ngasak di sawah.

Gus itu lebih tinggi dan lebih luas dibandingkan dengan den. Itu berlaku tak hanya secara tradisional. Semua wacana, persepsi, dan analisis tentang wilayah perpolitikan tertentu di Indonesia selama 35 tahun ini terlalu meremehkan dahsyatnya kekuatan "gus". Sampai hari ini kita gagal ilmu, gagal objektivitas, gagal kejujuran, gagal kerendah-hatian dan kejantanan di dalam memotret fenomena sangat faktual itu dalam frame pemikiran demokrasi, egaliterianisme, independensi budaya dan politik.

Itu pun kalau bicara tentang Gus Dur, NU, PKB, Muhaimin Iskandar, Yeni Wahid, PKNU, Choirul Anam, Kiai (desa pesantren bernama) Langitan, dan seterusnya, tanpa setting sejarah yang "masuk lubuk hutan" secara cukup memadai. Gus Dur, NU, PKB, dan lain-lain hanya kita jadikan anasir-anasir dari khayalan akademik kita yang asyik sendiri dengan huruf-huruf, yang karena para akademisi dan pengamat adalah penguasa negeri wacana, maka mereka mengumumkan kepada dunia dan dirinya sendiri bahwa NU itu begini, Gus Dur itu begitu --kemudian tatkala besoknya terbukti tak ada eskalasi rasional dari wacana-wacana itu, kita diam-diam melupakannya.

Emha Ainun Nadjib
[Kolom, Gatra Nomor 37 Beredar Kamis, 27 Juli 2007]

Selengkapnya ...

Wednesday, August 1, 2007

Loyalitas Kader Muda Parpol

Salam,

Dalam benak pikiran saya, memang terbentang optimistis PKB akan tetap jaya di pemilu nanti, dan ini sering didengungkan oleh DPP, termasuk Gus Dur. Bayangan ini tambah positif tatkala generasi2 muda di PKB [baca : garda bangsa dll] tetap loyal dan taat dengan aturan partai. Jika pun mereka terbukti tidak loyal karena perbedaan kepentingan, otomatis langsung di-cut oleh pengurus.

Ini lah yang sangat saya salut untuk perkembangan partai ini. Sebab, dalam perkembangan saat ini, kaum muda partai lainnya malah "arogan" dan seakan "acuh tak acuh" terhadap sang induk nya .. malah terkesan sang induk nya pun "emang gue pikirin". Kondisi ini bisa kita lihat pada PPP dan Partai Demokrat. Gerakan Pemuda Ka'bah dan Barisan Muda Demokrat sebagai bagian dari penerus dan penjaga keputusan partai PPP dan PD, malah "seenaknya" dan terang2an mbalelo dengan keputusan induk dengan cara mendukung Adang. Mereka terkadang hanya berargumen bahwa perbedaan pendapat adalah biasa .... dan tidak mempedulikan lagi keutuhan partainya.

Terlepas dari alasan mereka, maka saya yakin bibit regenerasi partai tidak bisa berjalan mulus dan memunculkan konflik yang siri alias diam2 ... yang sesungguhnya lebih dahsyat dampaknya dari konflik terbuka namun masih terkontrol.

Salam kemenangan,

Selengkapnya ...

Monday, July 16, 2007

Silaturahim Anggota Milist PKB

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Kebangkitan !!!

Mengharap kehadiran rekan-rekan semua, member milist partai_kebangktan_ bangsa@yahoogrou ps.com untuk meluangkan waktunya dan menyempatkan hadir pada :

Hari / Tanggal : Sabtu, 21 Juli 2007
Waktu : 09.00 - selesai
Tempat : Kantor DPP PKB, Jl. Kalibata Timur I no. 12 Jakarta Selatan (peta menyusul)
Acara : Silaturrahim member milist Partai Kebangkitan Bangsa

Adapun untuk perkiraan susunan acaranya adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan / Alfatihah
2. Sambutan
- Perwakilan Member / penggagas acara
- Perwakilan Pengurus DPP PKB
3. Ta'aruf
4. Diskusi Isu-isu Terkini
5. Follow up
6. Penutup/Do'a

Bagi rekan yang berada di luar negeri kami akan mengusahakan untuk bisa diadakan teleconference.
Demikian kami sampaikan, kehadiran rekan-rekan semua selalu kami nantikan.
Terima kasih...

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


NB :
INFAQ : RP. 25.000,- (konsumsi, dll); diberikan di lokasi acara ke Gus Maul.
Contact person :
- Ahmad Syauki - 081511017655
- Agus Maulana - 081574914194 , YM : amaz_axe27
- Eko Agus Priyono - 085692211067 / 021-99697223 ; YM : exoap



Salam hangat,
an. penggagas ide

Selengkapnya ...

Friday, May 25, 2007

Selamat untuk Sang Sekjen


Assalamu'alaikum ..

Kami atas nama keluarga besar Muda PKB mengucapkan selamat atas terpilihnya Sekjen PKB (yg lama), Ir. Lukman Edy menjadi Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Semoga Allah senantiasa memberikan kelancaran dalam tugas untuk mengabdi pada bangsa dan masyarakat Indonesia.



Kami juga mengucapkan selamat atas terpilihnya Sang Sekjen PKB baru, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenni Gus Dur, mudah2an menjadi energi baru untuk menuju pada pemenangan PKB di tahun 2009.

Kami yakin atas kualitas dan kapabilitas Anda pada posisi Anda sekarang ini.

Selamat Bekerja dan Sukses Selalu .....

Selengkapnya ...

Tuesday, May 15, 2007

Partai Hijau, What Next?

Oleh : Luchman Hakim, Dosen dan Aktivis NU Japan



KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, barangkali adalah sosok yang sangat cemerlang untuk mewacanakan berbagai gagasan baru yang sebelumnya belum pernah tersentuh kompetitornya. Bagaikan setetes embun di tengah-tengah keterpurukan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam di negara yang terkenal sebagai megabiodiversity country (negara dengan tingkat kekayaan hayati yang luar biasa), wacana green party yang dihembuskan sebagai visi perjuangan PKB ternyata telah menarik perhatian banyak kalangan pemerhati lingkungan, konservasionis, akedemisi dan rakyat yang haus akan perbaikan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya yang lebih lestari. Banjir Jakarta yang ditengarahi akibat kesalahan pembangunan dan habisnya daerah resapan air di daerah Bogor dan Jakarta hanyalah salah satu peneguh komitmen untuk cita-cita yang telah lama terpendam bagi pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. Dalam perpektif politis, tentunya ini adalah saat yang tepat untuk mengeluarkan jurus green party, apalagi kerusakan akibat kemarahan alam terjadi di ibu kota negara.

Ditengah perjuangan menghentikan laju perusakan hutan, ekploitasi sumberdaya alam yang berlebihan dan kepunahan sumberdaya alam hayati (biodiversitas) , wacana PKB bagaimanapun adalah modal dan kekuatan politis penting bagi dukungan gerakan tersebut. Sebagai partai besar dengan jaringan akar rumput yang kuat, harapan masyarakat untuk mencipatakan pengelolaan lingkunan dan sumberdaya alam yang lebih baik dan berkelanjuan tentunya bukan tidak mungkin untuk terwujud. Namun demikian, kendala bagi pencapaian visi perjaungan ini agaknya akan terbentur pada kenyataan dimana harus diakui pemahaman kader-paker PKB sangat lemah. Para perencana kota yang nota bene-nya adalah kalangan terdidik seringkali masih membuat kesalahan fatal dalam melakukan gerakan penghijauan, baik secara filosofis maupun praktis. Apalagi para politisi, yang sangat sedikit diantaranya pernah mendengar “hakikat-hakikat lingkungan hijau”

Saya berpendapat, green movements harus dimaknai sebagai upaya-upaya dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan. Ada tiga pilar penting (ekonomi, ekosistem, dan sosial/budaya) yang harus diakomodasi dalam konsep pembangunan ini, dimana sejak dalam pikiran dan corat-coret di atas kertas tiga pilar tersebut harus ada dalam keseimbangan pemenuhan. Sebagai kekuatan politis yang meneguhkan perjuangannya untuk mencapai masyarakat yang mandiri dengan dukungan lingkungan dan sumberdaya alam yang baik, kebijakan-kebijakan PKB seharusnya dibuat dengan melakukan analisis-analisis masalah secara terintegratif, yang akan menghasilkan blueprint yang tepat dan sesuai sasaran.

Selengkapnya ...

Wednesday, April 25, 2007

Alasan PKB di hati mereka ....


Jutaan rakyat Indonesia memilih PKB sebagai pilihan aspirasinya. PKB dilahirkan sebagai partai nasionalis - religius yang inklusif dan terbuka untuk siapapun. Namun, sebagai partai yang lahir dari "rahim" PBNU dan dideklarasikan oleh tokoh2 NU terkemuka, tentu kebanyakan dari pendukung partai ini adalah Nahdliyyin, yang tersebar di bumi ini.

Ada baiknya kita perlu menengok apa alasan mereka memilih PKB sebagai tautan hatinya. Berikut ini beberapa alasan dari mereka :

Rulan Kis Riarto (Entrepreneur - Depok) :
"Saya dulu kader PKS, tapi setelah belajar agama lebih luas akhirnya saya keluar. Saya sekarang simpatisan PKB karena ideologinya yang nasionalis religius dan karena saya pengagum Gus Dur"

M. Jumadi (Profesional IT - Bekasi) :
"karena saya keturunan NU ... dan berharap bisa bantu PKB untuk membesarkan dan melanggengkan PKB"

Luthfi N. Ikhvan (Karyawan - Surabaya) :
"Alasanku cuma 1 : karena Gus Dur ..."

Achmad Ubaidillah (Mahasiswa S2 ITB asal Madura - Bandung) :
"karena PKB, adalah parpolnya orang nahdliyyin yang "resmi" (mngkin karena gus dur . hehehehe), maka aku dan keluargaku menjadi bagian dari parpol ini."

Ahmad Mukhlason (Karyawan dan Mahasiswa S2 Universiti Teknologi Petronas Malaysia) :
"Aq dukung PKB ya .. karena panggilan NURANI. Saya punya harapan besar pada partai ini... sebagai wadah aspirasi kaum Nahdliyin. Biar dak selamanya jadi orang pinggiran mulu. Selamat Buat Mbak Yeni sbg sekjen baru PKB!"

Selengkapnya ...